Jumat, 18 Agustus 2017

1001 Wajah Cinta

Seperti ada mendung yang bergelayut di hamparan langit. Pikiranku seakan dijajah badai yang sebentar lagi datang. Beberapa hari terakhir ini aku memikirkanmu, Ti. Apa kabarmu di sana? Berhasilkah perjuanganmu tuk membebaskan diri dari belenggu pikiran, perasaan, dan prasangka negatif itu? Ah, aku cemas...rasa sakit di kepalamu dan sesak di dadamu itu semakin memburuk.

Kata orang, anak muda jaman sekarang, itu namanya "BAPER". Terbawa perasaan. Mungkin benar, kamu terlalu sensitif, terlalu perasa, hingga kamu sulit berpikir logis. Pikiranmu sibuk merasa-rasa hal tak nyaman yang melulu ada di sekelilingmu. Dan mungkin salah satunya aku, yang kini ingin kau hindari dan paling tak ingin kau temui meski lewat layar jernih Lenovoku. Kesalkah kamu padaku? Ah, aku mulai baper dan berprasangka buruk. Mungkin baper mu itu menulariku Ti... Andaikan ada vaksin yang bisa menangkal virus baper itu, rasanya aku ingin pergi ke Posyandu sekarang juga. Ah, sikapmu yang dingin padaku membuatku bertanya dan mengira. Yang kutakutkan adalah jika aku mulai berprasangka. Semakin kotor jiwaku, Ti... dipenuhi dan terbebani file dan data pikiran negatif itu. Haruskah ku install Clean Master, agar hatiku tetap bersih dan memori otakku menjadi ringan?

----------

Sejak aku menerima tawarannya untuk bekerja di toko itu, resmi sudah kemerdekaanku terrenggut. Aku tak memiliki waktu bebas melakukan apa yang aku suka Aku pun tak bisa menumpahkan apa yang ada dalam benakku. Rasanya kepalaku makin berat dengan segala ide dan beragam isi pikirannya. Aku tersiksa, karena setiap hari yang kuhadapi adalah benda-benda tak bernyawa yang sulit meresponku saat aku bicara. Meski begitu aku bersyukur, karena mereka benda tak berperasaan yang tak akan menulariku penyakit baper atau berkata nyinyir tentangku.

Sementara kulihat kau semakin membaik Ti. Tanpa aku.. yang sering kau bilang lebih beruntung dari dirimu. Masihkah kau akan melihatku dengan cara yang sama? Aku yang sering membuatmu iri. Entah apa yang kau lihat pada diriku. Iri? Apa keberuntungan yang ada padaku sampai kau iri hati padaku?

Menghadapimu Ti, makin sulit untukku. Penyakit baper yang kau tulari mulai menjangkitiku. Melihatmu tersenyum menebar sapa pada siapa saja...namun kau tetap mendiamkan aku saat kita dalam sebuah kumpulan yang sama. Aku merasa aku cemburu. Mengapa kau memperlakukanku berbeda? Kalau boleh kau tumpahkan saja semua kekesalanmu padaku. Marahlah..semaumu. Tapi kembalilah ramah padaku.

Aku selalu bertanya-tanya, sudah berakhirkah episode pertemanan kita sampai disini? Rasanya hatiku masih menolak kenyataan bahwa jalan yang kita tempuh tak lagi sama. Aku masih menyangkal bila ternyata aku tak lagi memiliki tempat khusus dalam hatimu.

Aku kangen kamu Ti....

-----------------------------------

cerpen apa sih ini? hahaha.

Ngga ada ide untuk melanjutkannya. Ada ide ngga Mak? komen yah....