Sabtu, 12 Oktober 2019

Mengatur Keuangan Keluarga-ku

Sambil mamam yuk...😄

 Terasa ngga sih, klo harga-harga sekarang semakin mahal? Kebutuhan semakin meningkat sementara pendapatan memiliki angka yang berjalan ditempat. Iya, segitu-segitu aja. Untuk ibu-ibu yang suaminya karyawan di suatu perusahaan mungkin paham banget dengan kondisi ini. Terlebih ibu-ibu dengan suami yang memiliki pekerjaan freelancer atau serabutan yang tak dapat diprediksi berapa jumlah rupiah yang dapat dibawa ke rumah, kadang berlebih, kadang cukup, kadang dicukup-cukupin.

Tak dapat dipungkiri, setiap ibu rumah tangga dituntut untuk memiliki skil sebagai manajer keuangan agar pendapatan suami itu bisa mencukupi kebutuhan keluarga, bahkan syukur-syukur bisa menabung juga. Soalnya klo ngga diatur, uang sebanyak apapun pasti akan habis tak bersisa.

Keterampilan mengatur keuangan keluarga itu bertujuan agar pendapatan keluarga dapat dimanfaatkan secara maksimal dan dapat dipertanggungjawabkan penggunaanya. Bukankah nanti harta kita pun akan dihisab? Kelak akan ditanya berasal dari mana, dan dihabiskan untuk apakah rezki berupa harta itu.

Pada catatan sederhana ini, saya ingin berbagi tips cara mengatur keuangan keluarga yang saya pelajari dari para master yg ahli di bidangnya. Namun pada kenyataannya, teori ini bersifat fleksibel disesuaikan kondisi masing-masing ya.

Apa yang harus dilakukan saat menerima gaji?

Yang jelas bukan jalan-jalan dan shopping h shopping ya Bu. Saat kita menerima gaji, mulailah dengan mencatat perencanaan keuangan. Ini menyangkut perencanaan tentang segala bentuk pengeluaran yang akan kita lakukan dan seberapa banyak uang yang dapat kita simpan.

Kalau saya pribadi, sebelum membagi uang untuk pengeluaran bulanan dan harian, biasanya saya sisihkan sekian persen dari penghasilan untuk menabung. Besarnya disesuaikan kondisi masing-masing saja. Misalnya 500 ribu rupiah. Uang tabungan ini mungkin akan dipergunakan dikemudian hari untuk umrah atau yang lainnya.

Setelah itu catatlah pengeluaran yang bersifat wajib dan rutin, seperti listrik, air, iuran sampah, spp anak, arisan, cicilan, utang, dan lain sebagainya,

Setelah dicatat, siapkan beberapa amplop dan tuliskan kegunaannya. Kemudian pisahkan uang berdasarkan jumlah yang telah ditentukan. Pembagian uang ke dalam amplop ini bertujuan agar uang tak bercampur satu dengan lainnya.

Sisa uang setelah kita memisahkannya untuk pengeluaran wajib itulah yang bisa kita gunakan untuk belanja kebutuhan harian.

Misalkan, setelah menabung dan pengeluaran wajib itu ditunaikan dalam beberapa amplop, tersisa 1.500.000,- maka besarnya uang belanja harian adalah 1.500.000,- dibagi jumlah hari dalam sebulan, yaitu 30hari. Dan didapat hasil 50ribu rupiah. Dan ini menandakan maksimal pengeluaran sehari-hari kita adalah 50ribu. Atau 350ribu seminggu.

Besar kecil angka 50ribu ini tentunya tergantung perspektif kita masing-masing. Yang jelas, kita mesti banyak bersyukur.

Demikian sedikit ilmu yang bisa saya bagi tentang mengatur keuangan keluarga. Selanjutnya nantikan catatan sederhana saya tentang bagaimana mengatur pengeluaran belanja harian seefektif dan sehemat mungkin. InsyaaAllaah segera..

Semoga ibu-ibu yang membaca artikel ini dimudahkan dalam belajar dan dilancarkan rezekinya oleh Allah. Aamiin ya Allah....















Tidak ada komentar:

Posting Komentar