Seseorang pernah bertanya padaku, gimana sih kehidupan setelah menikah? Apakah indah? Apakah sedih? Apakah menakutkan? Apakah menggembirakan? Bagaimana kalian menyikapi perbedaan watak, kebiasaan, bahkan manhaj (cara memahami dan menjalankan agama-meski sama-sama Islam, kan kadang berbeda sudut pandang). Tampak jelas sekali kecemasan-kecemasannya dari pertanyaan-pertanyaan yang dilontarkannya padaku. Kecemasan yang sempat membayang pula dalam benakku hampir 7 tahun lalu, sebelum aku memutuskan menikah dengan lelaki yang kini menjadi qawwamku.
Sahabatku tersayang, aku betul-betul tak tau bagaimana harus menjawabnya. Jika boleh jujur, pernikahan tak harus serumit itu. Meski mungkin pada tahun awal pernikahan akan ada banyak sekali ujian dan benturan-benturan yang menguji kesungguhan kita sebagai seorang suami dan istri. Pertengkaran, perbedaan pendapat, semua hal itu sangat wajar terjadi karena memang kita masih akan selalu dalam proses saling mengenal dan memahami satu sama lain. Yang menjadi tak wajar adalah apabila sikap dan respon kita berlebihan (lebayy...) dalam menghadapi segala perbedaan itu, terlebih cepat menyimpulkan bahwa tak ada kecocokan lantas menggugat dan memutuskan tuk berpisah.
"Teh Maryam suka cekcok gak sih sama suami?" Pertanyaanmu terlontar begitu ringan. Namun pertanyaan itu begitu menohok dan mengajakku kembali merenung. Aku pun ingin bertanya, adakah pasangan suami istri yang tak pernah bertengkar sama sekali?
Kali ini aku tak mau menjawabnya berdasarkan pengalaman rumah tanggaku. Karena siapalah aku? Kami hanyalah sepasang insan lemah yang belum pantas menyuguhkan qudwah. Jika engkau bertanya "Adakah rumah Tangga ideal? Adakah Rumah Tangga bahagia?" Aku hanya dapat mengajakmu bertamasya menembus waktu ke masa lalu. Sahabatku... Mari kita kembali ke beberapa abad lalu, menelaah kembali pada kehidupan rumah tangga yang dinaungi rahmat dan kasih sayang Allah Ta'ala yang telah menjadi teladan sempurna, yaitu pada keluarga Rasulullaah shalallaahu 'alaihi wasallam.
Rumah tangga ideal dan bahagia itu ADA. Rumah Tangga yang sakinah mawaddah dan rahmah itu bukan sekedar khayal belaka. Dan aku jamin, insyaAllah kita pun bisa menggapainya selama kita masih berpegang pada petunjuk yang telah Allah berikan pada kita melalui Qur'an dan Sunnah berdasarkan pemahaman para salafush shaalih.
Sahabat, sependek pengetahuanku tentang keluarga Rasulullaah shalallaahu 'alaii wasallam, saat berumah tangga dengan ibunda Khadijah radhiyallaahu anha, memang tak pernah ada pertengkaran. Bahkan ibunda Khadijah bintu Khuwailid merupakan seorang istri yang dimuliakan Allah Ta'ala dan layak menjadi panutan kita. Khadijah merupakan sosok istri yang begitu baik dan banyak sekali teladan dalam diri beliau. Dalam catatan sederhana ini aku ingin memetik faidah dan hikmah yang bisa kita teladani.
Dari buku sirah, artikel dan kajian yang pernah aku dengarkan, ibunda Khadijah adalah seorang wanita yang lembut perangainya. Beliau tak pernah bersuara tinggi di hadapan Rasulullaah Shalallaahu 'alaihi wasallam. Apalagi beliau tak pernah membentak suaminya. Beliau mendampingi Rasulullah dengan kelembutan dan cinta yang agung.
Istri Motivator, itulah ibunda Khadijah. Saat suami tercintanya sedang berada dalam kegalauan luar biasa dan ketakutan, saat wahyu pertama turun kepada Rasulullaah shalallaahu alaihi wasallam tatkala didatangi oleh Jibril, Ibunda Khadijah menenangkannya. Disebut-sebutnya kebaikan-kebaikan suaminya, lalu dibesarkan hati suaminya bahwa beliau telah berada di jalan yang benar agar suaminya lebih tenang. Perkataan indah Ibunda Khadijah ini terabadikan dalam hadits-hadits shahih.
Rasulullaah shalallaahu 'alaihi wasallam berkata, "Aku mengkhawatirkan diriku". []
Maka Ibunda khadijah berkata, "Sekali-kali tidak, bergembiralah..!!! Demi Allah, sesungguhnya Allah selamanya tidak pernah menghinakanmu. Demi Allah, sungguh engkau telah menyambung silaturahmi, jujur dalam berkata, membantu orang yang tidak bisa mandiri, engkau menolong orang miskin, memuliakan (menjamu) tamu, dan menolong orang-orang yang terkena musibah."
[HR. Bukhari I/4 no.3 dan Muslim I/139 no.160]
Ibunda Khadijah juga terkenal dengan sifat kedermawanannya. Beliau sangat mendukung aktivitas suaminya dan rela mengorbankan harta bendanya. Tak heran, beliau menjadi istri yang sangat dicintai Rasulullaah shalallaahu 'alihi wasallam.
Kisahnya memang masih lebih banyak lagi. Sahabat bisa membaca di banyak literatur sejarah yang terpercaya. Atau silakan cearch di www.yufid.com untuk lebih banyak artikel tentang ibunda Khadijah ini.
Cerita cinta ideal yang sangat pantas diteladani menurutku. Dan selalunya menjadi inspirasi saat kami terbentur sebuah permasalahan. Asalkan ada kelapangan hati saat menemukan perbedaan dalam diri kita dan pasangan, insyaAllah itu dapat membantu menjaga stabilitas kehidupan rumah tangga. Tak cukup sampai disitu, niat awal pernikahan juga sangat menentukan. Jika kita menikah karena Allah Ta'ala, insyaAllah lebih barakah. Keinginan untuk memperbaiki diri dan berusaha tuk saling memberi juga menjadi kunci utama kehidupan RT yang harmonis. Bukannya saling berharap menerima dan menuntut banyak hal satu sama lain.
Iya, aku sangat terkesan sekali dengan kisah cinta ibunda Khadijah, aku sangat mengidolakannya. Beliau adalah salah satu inspiratorku tuk menjadi istri terbaik bagi suamiku. Aku ingin meneladani kelembutannya, keberanniannya, kecerdasannya, kedermawanannya, keshalihatannya...dan banyak lagi...
Hmm... kalau direnungi lagi, setiap ada pertengkaran, selalunya terdapat indikasi salah komunikasi, gagal paham, dan mungkin cara yang kurang baik dalam penyampaian. Setidaknya itu yang aku alami. Meski mungkin aku belum bisa sepenuhnya menjadi istri yang baik, tapi aku mau dan semangat belajar. Jika masih banyak alfa dan khilaf, serta banyak kekurangan di sana-sini, aku akan meminta suamiku untuk tetap menemaniku dalam proses metamorfosaku ini dengan penuh cinta dan kesabaran.
So...masih ngga yakin ada rumah tangga ideal? kayaknya kita mesti kaji lagi kehidupan Rasulullaah beserta istri-istrinya nih.... *woh...kajian cinta yang romantis abis, dan menyenangkan...^^
5 Desember 2013
@Kaki bukit Dream Hill
"Abiw, jazaakallaah khairan telah sabar mendidikku. Temaniku selalu dalam proses ini ya...hingga kelak menuju JannahNYA...aamiin"
Tidak ada komentar:
Posting Komentar