Rabu, 04 Desember 2013

Unek-Unek Tentang (Pe)Rokok

Kalo boleh ngaku, aku paling benciiiiiiiii banget sama banci dan ROKOK.

Mungkin karena pernah punya pengalaman nyebelin dimarahin banci gara-gara ngga ngasih duit saat mereka ngamen. Trus banci pernah kepergok lagi ngegodain cowok yang paling aku cinta di dunia ini. Dan pernah pas lagi cari sepatu di daerah Cibaduyut, ada banci yang seksieeeh abieezz, dandanan ala trio macan, pamer paha di depan suamiku...rasanya pengen...watttaaaaawww...!!!! Hyaa....dezighhh...

Kalo banci, mungkin ngga seberapa...karena memang jarang ketemu, mereka keliarannya kan malem-malem. Hahaha...seakan aku tau mereka aja. Yah, ini kan pengalaman dulu waktu masih kuliah di Tasikmalaya sering pulang ke Cimahi malem-malem. Moga aja memang udah ngga ada pangkalan banci lagi di daerah Cimahi khususnya dan dimuka bumi ini. Aamiin Allahumma Aamiin...

Meski aku benci rokok, tapi ternyata aku ngga (pernah) bisa menghindari rokok. Hampir di manapun di tempat-tempat umum, selalunya adaaa saja orang yang merokok. Sejak aku keluar dari rumah, halaman udah penuh sama puntung rokok. Mau ke warung, ada juga yang rokok'an. Jajan gorengan, yang jualan ngerokok. Mau naik angkot ke pasar atau sekedar pengen pulang ke rumah ibu, sopirnya ngerokok, penumpangnya ngerokok...hampir semua orang merokok dimana-mana.

Helloooww...para perokok, pernahkah kalian berempati pada orang lain? Tak semua orang bisa ikut menghirup asap rokok tanpa keluhan. Aku hanya salah satu dari sekian banyak orang yang tak dapat mentolelir asap rokok. Kalau asap haram itu masuk ke dalam saluran pernafasan kami, dengan segera tubuh kami bereaksi. Pusing yang dahsyat, lalu sesak... Jika pertahanan tubuh sedang lemah, bisa-bisa semaput.

Pernah suatu hari, naik angkot sama Teh Irma, kakakku. Sopirnya ngerokok. Dengan sopan kakakku minta ijin agar bapak sopirnya bersedia mematikan rokoknya, karena kakakku tau kalo aku allergi asap rokok dan bisa sesak. Respon bapak sopir sangat jauh dari dugaan kami. Dia marah dan kami disuruh turun dari angkotnya. Sedihnya hatiku saat itu, kok si bapak sopir tega banget mengusir kami, kayaknya dia lebih butuh rokoknya daripada penghasilannya. Sejak saat itu, aku hampir tak pernah pergi naik angkot sendiri lagi. sebisa mungkin kalau ada keperluan apapun, aku lebih baik menunggu suamiku dan lebih baik diantar dengan motor Beat pink'nya.

Teman-temanku kadang komplain. Kata mereka aku ini istri manja, kemana-mana mesti diantar suami. Ada juga yang bahkan menyangka kalo aku tak dipercaya suami untuk pergi-pergi sendiri, makanya suamiku selalu mengawalku kemana-mana. Ada yang bilang suamiku possessive banget.... aah... aku cuek aja. Towh yang tau kondisiku, ya kami sendiri. Peduli lah orang mau berkata apa. Yang jelas, aku beruntung punya suami yang pengertian, yang mau mengantarkanku kemana saja, bahkan saat aku pengen main bersama teman-temanku. Dan bukankah seorang perempuan mesti ditemani mahramnya saat bepergian? ^^

Kemarin di rumahku mati listrik. Kami tak memiliki bak penampungan air, hanya ember kecil saja. Wah, tersiksa banget kalo ngga ada air. Aku terpaksa pergi ke rumah ibu. Sayang saat itu hari kerja, suamiku tentu sedang bekerja dan tak bisa mengantarkanku ke rumah ibu. Akhirnya dengan terpaksa aku pergi sendiri naik angkot. Di angkot pertama, alhamdulillaah sopir dan penumpangnya ngga ada yang merokok. Saat ganti angkot kedua, aku mulai galau. Di tempat pemberhentian aku hanya melihat satu angkot saja dan sopirnya merokok. Sopirnya lalu mengajakku naik angkotnya. Aku segan naik ke dalamnya.

"Ayo mba, silakan masuk...langsung berangkat kok", ujar pak sopir sambil menghisap rokoknya.
Aku kemudian mendekat dan memberanikan diri menjelaskan kondisiku.
"Maaf pak, saya alergi rokok dan bisa sesak kalo kena asap rokoknya. Bisa minta tolong dimatikan dulu rokoknya pak?/", ucapku.
"Oh, begitu ya...sebentar saya matikan dulu rokoknya." Ucap pak sopir dengan nada ramah sembari mematikan rokok. "Silakan mba...", Ucapnya kemudian seraya mempersilakanku masuk dan membuka kaca jendelanya lebar-lebar.

Alhamdulillaah aku bersyukur banget pada Allah, atas pertolonganNYA, pak supir mau membuka hatinya tuk tidak merokok selama aku menumpang angkotnya. Wah, jarang-jarang ada sopir yang ramah seperti dia dan tidak egois seperti itu. Maklum selama naik angkot dan berhadapan dengan sopir perokok, jarang sekali ada yang mau mematikan rokoknya *setidaknya pengalamanku begitu* Kalau pun ada yang mau mematikan rokok, dia melakukannya dengan tampang sewot dan ketus.

Aku yakin, banyak perokok yang mau berhenti dari kebiasaan merokoknya, namun mereka tak memiliki kemampuan secara motivasi ataupun tak tau bagaimana caranya. Merokok itu memang sebuah candu. Dia layaknya narkoba yang membuat pelakunya ketagihan. Berdasarkan pengakuan perokok, kalau mereka tidak merokok bisa lemas. Padahal kalo aku menghisap asap rokok...bisa sesak juga. Hadeuuhh... Aku pikir, perokok yang merokok di sembarang tempat itu seperti silent killer, taukah mereka bahwa ada orang yang ngga kuat asapnya? Iya...seperti aku yang dulu mesti ngaso di UGD karena asmaku kambuh. Kalo mereka bilang, "Suka-suka gue mau ngerokok apa ngga..itu hak gue.." aku juga bisa bilang kalo bernafas bebas dengan udara bersih juga hak kami yang paling ASASI. Hak untuk hidup, bro...!!!

Yang jelas, kalo mereka benar-benar punya kemauan keras, pasti Allah akan memudahkannya. Aku harap...dan aku hanya bisa berdoa....semoga para perokok itu bisa berhenti merokok. Dan semoga ngga ada perokok-perokok baru yang menghisap barang haram itu. Bisa ngga yah negara kita bebas rokok??? Mimpi kali yaaaa...??? Ah, tak mengapa jika memang aku memiliki mimpi seperti itu....yang jelas itu akan menjadi mimpi paling indah jika memang menjelma nyata.


4 Desember 2013
@dreamhill








Tidak ada komentar:

Posting Komentar