Jumat, 06 September 2013

Belajar Menulis

Assalaamu'alaikum warahmatullah wa barakaatuh.

Perkenalkan, nama saya Maryam, pemilik blog bernuansa kuning oranye ini. Saya bukanlah seorang penulis profesional, meski pernah bercita-cita menjadi seorang penulis yang menghabiskan waktunya memijit tuts keyboard leppy'nya di pojokan sebuah cafe sambil menyeruput secangkir kopi espresso pahit di suatu sore yang cerah. Hanya saja, beberapa waktu terakhir ini saya gemar menuliskan beberapa hal. Menulis menjadi hobi yang sangat menarik saat saya mampu menghubungkan ide-ide dalam benak saya dan menyampaikannya pada orang banyak.

Saya memang pernah mengikuti  beberapa pelatihan menulis, tapi itu duluuu...saat saya masih muda (hehehe...sok tua banget dah!!) Namun entah mengapa, keinginan menulis itu baru muncul menjadi sebuah hobi disaat saya menjadi seorang "freak facebooker" beberapa tahun belakangan ini, saya gemar menulis notes di akun FB saya. Saya pernah juga mengikuti sebuah kompetisi menulis artikel yang diselenggarakan oleh sebuah grup di FB dan memenangkan hadiah berupa buku dan uang (wah jadi makin semangat nih). Sejak saat itu imajinasi dan mimpi saya sebagai seorang penulis menjadi semakin menggelora...(halah lebay)

Selain menjadi sebuah hobi, menulis ternyata merupakan sebuah terapi bagi saya. Kesulitan merangkai kata-kata dengan baik, pemilihan diksi dan masalah mengungkapkan sebuah pemikiran menjadi hal yang sangat serius meskipun saya tergolong seseorang yang cerewet dan ekstrovert (berdasarkan hasil uji beberapa quesioner yang sempat saya isi). Saya seringkali kesulitan mengajak orang lain memahami apa yang ada di benak saya. Karena itulah, kesalahpahaman seringkali terjadi. Dan jika itu terjadi, sangat menyebalkan sekali.

Oya sebetulnya saya memiliki kesulitan untuk menulis. Terkadang ide dalam kepala ini sudah banyak berseliweran, namun saya tetap kesulitan dalam menuliskannya. Salah satu kesulitan bagi seorang penulis adalah bagaimana cara MEMULAINYA... Masalah lainnya adalah menumbuhkan mood untuk menulis. Selain itu masalah keterhubungan konten tulisan, dan hal-hal yang berhubungan dengan pakem-pakem dalam sebuah karya tulis yang baik. Hal ini berhubungan dengan keterbatasan ilmu bahasa Indonesia, ternyata!

Saya pikir, daripada kita memikirkan masalah-masalah tersebut lebih baik kita mulai menulis saja apa yang ada dalam pikiran kita. Apapun itu. Mulailah menulis apa yang kita sukai, insyaAllah ide segar akan datang dan mengalir begitu saja. Dan untuk menghadirkan mood menulis, seorang guru yang pernah saya jumpai di acara Indonesian Hypnosis Summit, bapak Agung Wibisono-seorang motivator dan guru, pernah memberikan beberapa tipsnya. Salah satunya adalah DISIPLIN latihan menulis, pada waktu yang telah ditentukan, setiap harinya. Dan alhamdulillah saya sudah mencoba menjalankannya, disiplin menyisihkan 1jam tuk belajar menulis setiap hari. Meski memang kadang bolong-bolong juga, tapi dalam satu minggu setidaknya harus ada satu artikel yang saya tulis.

Oya, ada hal yang sangat saya garis bawahi dari apa yang Pak Agung sampaikan pada pertemuan itu, yaitu tentang jenis tulisan. Ternyata ada dua macam tulisan yang sering kita buat. Sebuah tulisan yang benar-benar direkomendasikan tuk ditulis (saya lupa lagi apa istilahnya, nanti saya buka lagi primbonnya deh) dan tulisan katarsis. Sebelum kita menulis, baiknya kita menelaah apakah jenis tulisan itu memang layak ditulis atau hanya sebuah katarsis? Jenis katarsis ini memiliki cap negatif rupanya. Dan memang kadang kita perlu juga menulis tulisan katarsis ini untuk menyeimbangkan bathin. Kalau lagi kesal, tentu kita ingin meluapkan perasaan itu. Jika demikian, tuliskan kalimat atau tulisan katarsis tersebut dalam secarik kertas lalu hancurkanlah kertas tersebut dengan cara dibakar atau jadikan bubur kertas. Yang perlu diingat adalah JANGAN PERNAH mencoba menuliskannya di jejaring sosial, blog, diary, atau media lain yang bersifat abadi dan tahan lama. 

Mengapa? 

Karena tulisan itu memiliki NYAWA. Dengan sebuah tulisan, seseorang dapat tergerak jiwa raganya. Karena tulisan itu merupakan ide dan bisa menjadi sebuah doa yang bisa jadi diaminkan oleh orang-orang yang membacanya. Apa jadinya jika kita menuliskan hal negatif dan orang lain membacanya? Ada beberapa kemungkinan, tentunya. Si pembaca tertawa dan merasa puas dengan kondisi kita (yang menyedihkan). Boleh jadi si Pembaca ikut sedih, kesal atau marah, sesuai dengan ide apa yang kita sampaikan dalam kalimat katarsis tersebut. Atau mungkin si Pembaca jadi ikut mencontoh dan mengikuti tulisan negatif kita. Memang itu urusan orang dan katanya hak asasi (terserah gue mau nulis apa...) akan tetapi, pernahkah terpikir dalam benak kita, jika ternyata banyak orang yang setelah membaca tulisan kita menjadi pribadi yang apatis, rapuh, dan tidak bersemangat dalam menjalani hidup? Apa yang anda rasakan jika berhasil membuat orang lain meng-copy sesuatu yang negatif dari diri anda? Bandingkan jika kondisinya berkebalikan, ternyata orang banyak meng-copy sesuatu yang bermanfaat dari diri anda. bagaimana perasaan anda?

Sejak menyimak apa yang Pak Agung sampaikan, saya lebih bersemangat menuliskan hal-hal yang baik dan lebih berfikir ulang jika hendak mengeluhkan sesuatu. Jadi teringat sebuah hadits Rasulullaah Shalallaahu 'alaihi wasallam:

“Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan Hari Akhir, maka hendaklah dia berkata yang baik atau hendaklah diam.” (HR. al-Bukhari dan Muslim dari sahabat Abu Hurairah).

6 September 2013
@Istana Maryam

4 komentar:

  1. aku rasa aku akan sering hang out disini deh ,,, hmmmmm ,,, *bawa tiker sama bekel nasi gulung sambel maknyusss ,,,

    hahahaha

    teruslah menulis dear ,,, im your big fans

    BalasHapus
    Balasan
    1. waaa....baru open house udah ada BIG FANS euy...hahaha..

      welcome dear Epok, silakan tongkrongin Istanaku sambil crafting deh ^^ <3

      Hapus
  2. jazakillah khayr sudah mengingatkan.. salam kenal

    BalasHapus
    Balasan
    1. wa jazaakillah khairan mba Isabella Kirei..^^
      Assalamu 'alaikum...

      Hapus